Rektor UNPAB Isa Indrawan : Pemimpin Itu Perhatikan Kearifan Lokal

  • redaksi   Rabu, 18 Nopember 2015

Medan-UNPAB: Pilkada serentak di depan mata. Masyarakat harus memilih pemimpin padahal dalam pilkada sebelumnya masyarakat banyak tereperangkap janji kampanye sehingga keliru memilih pemimpin. Untuk mengetahui bagaimana kriteria pemimpin, Mauliana Noor dari Majalah Indonesia mewawancarai Rektor Universitas Pembangunan Panca Budi (Unpab) Medan, Dr. H. M Isa Indrawan, SE, MM,

Berikut petikan wawancara berikut :

Setelah ada kasus korupsi Sumatera Utara adakah krisis kepercayan rakyat  terhadap Pilkada ?

      Krisis kepercayaan terhadap pemimpin sejak 1998 ketika adanya repormasi merupakan wujud nyata. Indikasinya banyaknya golongan putih (golput) semakin besar, kita lihat terjadi. Ini krisis kepercayaan. Dengan pilkada secara langsung, kalau kita lihat, ada tanggung jawab pemimpin kepada pemilih. Seharusnya pemimpin optimal dan maksimal menyerap aspirasi  rakyat. Masyarakat jangan sampai beranggapan sekedar lips service atau retorika.

Lalu bagaimana menaikan kepercayaan?

      Untuk menaikan kepercayaan itu, dengan membangkitkan kearifan lokal tumbuh kembali, yaitu gotong royong, musyawarah dan mufakat melalui lembaga-lembaga budaya. Selain itu KPK harus bekerja mengikuti koridor dengan proses yang baik, hukum harus diperbaiki dan pelaku korupsi harus diberikan efek jera.

Jika kembali ke Sumut, bagaimana kriteria pemimpin untuk Sumut? Perlukah pemimpin dari akademis?

       Kriteria pemimpin harus lihat mayoritas di Sumut khususnya di Medan. Harus mampu mendengarkan keinginan masyarakat Sumut. Tentu saja harus orang sumut karena menguasai daerah yang dipimpinnya. Pemimpin dari akademis? Sah-sah saja, tapi tidak mesti juga dari akademis.

Bagaimana agar tidak terjebak pencitraan calon pemimpin?

       Memberikan edukasi kepada masyarakat, pilih dengan pemimpin dengan track record yang jelas dan menguasai. Masyarakat harus memahami dalam penyelenggaraan pemilu, melek terhadap informasi. Masyarakat harus memilih pemimpin yang benar-benar peduli dan cerdas.

Bagaimana peran kampus dalam mencetak calon pemimpin? Dan olehkah politik praktis masuk ke kampus?

       Pemimpin, sebenarnya mengajak individu atau kelompok mewujudkan cita-cita yang disepakati secara bersama, bagaimana seorang mahasiswa mampu berinteraksi di tengah-tengah komunitas, dapat menyuarakan tujuan dia. Dapat mempengaruhi secara positif mewujudkan cita-citanya itu.

       Dilihat dari sini proses pembelajaran, kurikulum terjadi interaksi, baik diskusi kelompok dalam studi lapangan, persentasi dan sebagainya. Non kurikuler organisasi berbentuk pemerintahan ada presiden, kabinet. Kampus mininya Indonesia.  Di kampus berperan mengenalkan bagaimana politik itu, namun melalui praktek organisasi, proses elajar karena struktur sudah ada. Ini harus dikenalkan.

       Kalau politik masuk kampus tidak oleh seperti partai-partai politik. Ilmu politik praktiis ini kan bentuknya pengaruh mempengaruhi.