Kepala Perwakilan BI Sumut Ajak Masyarakat Merawat Uang

  • redaksi   Senin, 27 Februari 2017

Medan-UNPAB: Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sumatera Utara (Sumut)  Arief Budi Santoso mengajak masyarakat menjaga dan merawat uang rupiah dengan sebaik-baiknya. Pasalnya, biaya mencetak uang kertas tergolong tinggi, karena adanya biaya pengamanan-pengamanan yang cukup mahal.  

“Dari sisi pengamanan, uang rupiah termasuk paling aman di dunia, sehingga biaya cetaknya pun mahal. Oleh karena itu kepada masyarakat diminta jangan menyimpan uang sembarangan, karena akan cepat lusuh. Kalau sudah lusuh masa edarnya tentu singkat, dan perlu biaya untuk mencetak uang kembali,” kata Arief saat menyampaikan kuliah umum di depan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Pembangunan Panca Budi (Unpab) di ruang seminar Gedung A, Kampus Tamaddun Mandiri, Jalan Gatot Subroto km 4,5 Medan, Senin (27/2).

Dalam kuliah umum bertajuk “Kebansentralan dan Sosialisasi Uang Rupiah Tahun Emisi 2016” itu dihadiri Rektor Unpab Dr HM Isa Indrawan SE, MM, Rektor I Ir Bhakti Alamsyah MT, PhD, Rektor III Samrin SE, MM, Direktur Program Pascasarjana Unpab Drs H Kasim Siyo MSi, PhD, dan Dekan FEB Unpab Drs Anwar Sanusi MSi, Ketua Prodi Ekonomi Pembangunan Saimara Sebayang SE, MSi, Kepala Bidang Student Advisory Center (SAC) Unpab Dharma Tuah Putra Nasution SE, MM, dosen FEB Abdi Setiawan SE, MM, para dosen dan ratusan mahasiswa FEB Unpab.

Arief menggambarkan, betapa uang kertas di Indonesia terlalu cepat lusuh sehingga masa edarnya terlalu singkat. Bermula dari BI mendistribusikan uang baik lewat bank maupun langsung ke masyarakat. Lalu, bank-bank menyalurkan uang ke masyarakat. Kemudian masyarakat memanfaatkan uang untuk jual-beli atau transaksi, dan sebagian uang lagi yang masuk ke bank untuk ditabung.  

Selanjutnya, kata Arief, oleh bank sebagian uang dikembalikan ke BI. Uang yang dikembalikan ke BI dicek lagi, apakah masih layak edar atau tidak. Kalau layak edar, disetorkan lagi ke bank-bank untuk didistribusikan kembali ke masyarakat.

“Ternyata, rata-rata uang yang disalurkan ke masyarakat hanya dua kali edar, karena uang sudah lusuh. Artinya, masyakat Indonesia belum bisa merawat uang dengan baik,” tutur mantan Kepala Perwakilan BI Yogyakarta ini.

Karenanya, dia menganjurkan masyarakat untuk membudayakan sistem pembayaran non tunai, di antaranya cek, uang elektronik, dan kartu pembayaran seperti kartu ATM dan kartu kredit. Namun diam mengingatkan, kartu kredit bukan digunakan untuk mengkredit, melainkan sebagai alat pembayaran yang ditunda.

Saat ini, kata Arief, dikenal dengan uang elektornik (e-money) yang sifatnya untuk transaksi yang kecil-kecil tapi sering, seperti pembayaran tol dan parkir , karena di dalam kartu uang elektronik maksimal hanya Rp1 juta.

Dalam kesempatan itu, Kepala Divisi Sistem Pembayaran BI Perwakilan Sumut,  Putra, meluruskan informasi yang tidak benar pascapenerbitan uang baru yang memuat 12 pahlawan nasional tersebut seperti gambar palu arit.

Gambar tersebut, katanya, bukan palu arit, melainkan salah satu sistem pengamanan uang yang disebut dengan rectoverso. Di semua mata uang negara lain juga ada pengamanan rectoverso tersebut. Pada rupiah, rectoverso-nya berbentuk lambang Bank Indonesia.

"Gambar yang dipersepsikan sebagian pihak sebagai simbol palu arit merupakan logo Bank Indonesia yang dipotong secara diagonal sehingga membentuk ornamen yang tidak beraturan dan itu merupakan teknik pengamanan rectoverso atau gambar saling isi," tandas dia.

Sebelumnya, Rektor I Unpab Bhakti Alamsyah saat membuka kuliah umum itu, memaparkan sekilas tentang Unpab. Menurutnya, Dikti telah mendaulat Unpab sebagai PTS terbaik di Sumut. Ini modal Unpab untuk mencapai cita-cita luhurnya, yakni pada saat ini sedang menjalankan pembangunan organisasi, lalu pada 2019 memasuki strata lima untuk masuk pada pergaulan nasional dan internasional.

“Dan endingnya pada 2033 Unpab akan memasuki kelas dunia atau world class university,” kata mantan Dekan Fakultas Teknik Unpab ini.

Salah satu komponen memasuki universitas berkelas dunia, tambahnya, adalah mahasiswa. Dalam hal ini, mahasiswa akan diberi pengetahun di luar-luar jam kuliah. “Practical sains adalah harga mati bagi Unpab. Artinya mahasiswa tidak hanya diberikan teori-teori, tapi juga praktik-praktik,” tandasnya.