Mahasiswa Arsitektur Panca Budi Melakukan Study dan Survey Lapangan Museum Hutabolon Sigale-Gale Simanindo Samosir-Danau Toba

  • redaksi   Jumat, 22 April 2016

Medan-UNPAB: Dalamrangka Tugas besar Studio Perancangan –IV, Mahasiswa Arsitektur Universita Pemangunan Panca Budi (Unpab) Medan, mengadakan Study dan Survey Lapangan di Hutabolon Sigale-gale, Desa Simanindo, Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir. Baru-baru ini, rombongan study lapangan memasuki lokasi pertunjukan Sigale Gale pada pukul 11.00 pagi dan disuguhi dengan 11 urutan acara ritual berbau tortor batak {Batak Dance}, seiring diacara akhir pihak pengelola meminta rombongan untuk turut manortor bersama para pendukung tortor sigale gale, demikian uniknya kekayaan budaya local tersebut menyambut para tamu yang datang, kebetulan bersamaan dengan survey dinas pariwisata samosir dan dinas tarukim bersama-sama rombongan mahasiswa larut dalamacara religious tersebut, Salut dan detak kagum kekayaan nilai budaya batak toba.

Setelah suguhan acara ritual religious tersebut selesai, barulah mahasiswa dandosen pembimbing Mata Kuliah Studio Perancangan IV Universitas Pembangunan Panca Budi medan melakukan pengamatan terhadap kondisi eksisting kawasan, fenomena yang ada disekitar kawasan, melakukan pemotretan, wawancara dan penyebaran kuesioner untuk pengumpulan data fisik dan non fisik.

Dari hasil wawancara Langsung dengan pengelola diketahui bahwa kondisi fisik Hutabolon Sigale gale sudah mulai memudar terlihat dari tiga Rumah Bolon yang ada, tiga lumbung padi, satu lesung besar dan satu pos jaga terlihat dengan kasatmata memang mulai rapuh, artinya perlu segera dilakukan perbaikan atau pun renovasi. Disamping itu kondisi lapangan tortor sigale gale tersebut perlu dilakukan perbaikan termasuk fasilitas pendukung di dalamnya, diluar pintu masuk dan jalan masuk perlu dilakukan renovasi dan perbaikan jalan sampai kepantai yang memang diperuntukkan bagi tamu-tamu untuk menyeberang kepulau tao yang merupakan kawasan Hutabolon tersebut, artinya menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan menurut sejarahnya.

Menurut hasil wawancara langsung dengan cucu pemilik dan pengelola kawasan ini dibangun pada tahun 1929 bersamaan dibentuknya Nagari Simanindo Hutabolon pada saat itu olehPemerintahan belanda, artinya pada saat itu Hutabolon sudah terbentuk oleh Pemerintahan Kolonial Belanda. Seiring perjalanan waktu, maka pada Tahun 1969 baru diadakan pertunjukan Sigale-Gale sampaidengansekarang. Menurut Sidauruk cucu pendiri dan pengelola kawasan ini pada awalnya kunjungan wisata kelokasi ini terbilang signifikan dari berbagai Negara eropa dan asia, terutama Belanda dan Australia, tetapi menurut beliau,persentasi kunjungan sepuluh tahun terakhir ini mengalami penurunan drastic menyusul dihentikannya penerbangan dari Australia kualanamu dan Belanda Kualanamu sehingga otomatis mengurangi pendapatan pengelola wisata ini, di pihak lain pengelola dengan jumlah pekerja yang begitu banyak yaitu penari dan pemusik setiap hari harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, termasuk pemeliharaan lokasi

Dan  perawatan lainnya.

Pada sisi lain posisi strategis desa simanindo sudah jelas dengan fasilitas pendukung wisata lainnya dilewati jalan lintas samosir, samosir {ring road}, pelabuhan kapal wisata dan perdagangan, pelabuhan ferry, sementara daerah tujuan wisata disekitar kawasan atau hinterland, meliputi Tomok, Desa Siallagan, Pantai Pasir Putih, dan Tempat Mandi Air Panas di Pangururan {hot springs} sebagai ibu kota Kabupaten Samosir.  Dan banyak lagi daerah tujuan wisata disekitar pinggiran danau toba yang menjadi potensi pendukungnya. Dasar pertimbangan lainnya yang sangat fundamental adalah ditetapkannya danau toba sebagai Monaco Asia oleh bapak presiden JokoWidodo, tentu menjadi pendorong bagi pemerintah daerah 7 kabupaten kota yang menjadi pemilik danau toba dan Universitas Pembangunan Panca Budi dengan Program Studi Arsitekturnya dalam mendukung Percepattan Kawasan Danau Toba Samosir menjadi satusatunya Daerah tujuan wisata bahari dan budaya diluar Bali dan Lombok Nusa Tenggara Barat

Mahasiswa Arsitektur Panca Budi Medan didampingi Dosen Pembimbing Ir. Frans D.Lumbantoruan, MT., bersama Ir. Samaun Pinem berusaha mencoba melakukan kajian revitalisasi kawasan Hutabolon Sigale-Gale menjadi daerah tujuan wisata berskala dunia dan memiliki kelengkapan infrasruktur pendukung wisata terutama transportasi danau, darat termasuk penginapan hotel bertaraf internasional dan restaurant pendukungnya.

Mahasiswa diharapkan mampu menganalisis hasil data lapangan dan data intansional untuk mendapatkan suatu produk atau Disain maupun rekomendasi yang sesuai dengan kondisi eksisting lokasi dengan tetap mempertahan kanpotensi Budaya dan kearifan local, terutama budaya dan social maupun mempertahankan ekologi perairan pantai danau toba agar tetap terjaga lingkungannya. Produk disain atau rekomendasi yang akan diimplementasikan oleh mahasiswa arsitektur Panca Budi meliputi Rekomendasi zoning dan Perancangan Tapak Kawasan. Sehingga antara teori yang didapat dikelas dapat diimplementasikan dengan melakukan study dan survey dilapangan.{Fdl., sp}